Abu Bakar Ash-Shiddiq rodhiyallohu ‘anhu mengatakan,
اعلموا أن أكيس الكيس التقوى وأن أحمق الحمق الفجور
"Yakinilah bahwa kecerdasan yang paling cerdas adalah taqwa dan kedunguan yang paling dungu adalah gemar maksiat"
(Hilyatul Auliya' 13/211)
Yang dimaksud cerdas dalam konteks ini bukanlah kecerdasan akademik namun kemampuan untuk berpikir jernih, menggunakan akal sehat dan menimbang dampak dari berbagai hal.
Kecerdasan yang dimiliki orang dalam pengertian ini bertingkat-tingkat. Orang yang paling cerdas adalah orang yang paling semangat untuk bertaqwa karena dia menyadari bahwa kesudahan yang baik hanya dimiliki oleh orang yang bertaqwa.
Orang yang cerdas pasti sayang terhadap dirinya sehingga dia tidak ingin dirinya mendapatkan murka dan adzab Alloh.
Cara satu-satunya untuk terjaga dari siksa Alloh adalah taat dan taqwa kepada-Nya
Dungu dalam konteks ini bukanlah dungu akademik, lola (loading yang lama) dalam menangkap pesan dll. Namun dungu yang dimaksudkan adalah tidak berpikir jernih menimbang dampak perbuatan.
Kedunguan dalam konteks ini bertingkat-tingkat. Kedunguan yang paling parah berdampak menjadikan maksiat sebagai menu wajib harian.
Maksiat adalah kedunguan karena dampak buruk maksiat itu pada agama, diri, harta dan keluarga. Dampak buruk maksiat itu dunia dan akhirat.
Sumber : Nasihat Ulama Penggugah Jiwa | Ustadz Aris Munandar ,S.S.,M.P.I
0 Komentar