https://1.bp.blogspot.com/-p9TGyRJMvEY/XAN9eAD8N2I/AAAAAAAAAHE/2nYSpVmEIgMGXZHoB47cJ9hXuaf2dCa1wCPcBGAYYCw/s728/BANNER%2BDONASI.jpg

Sayang Anak..Sayang Anak..


🌹 *"Sayang Anak..Sayang Anak.."*
📜 _(Seri Pendidikan Anak Shalih/Shalihah)_
📝

Bismillah

Saudaraku kaum muslimin dan muslimat semoga Rahmat Alloh Ta'alaa selalu tercurahkan kepada kita semua.aamiin.

"Sayang anak...sayang anak..."

Kita pernah dengar kata-kata tersebut keluar dari lisan penjual mainan anak-anak disekitar kita...

Cukup cerdas teori "salesman" dalam usaha melariskan barang dagangannya.

Orang tua dengan anaknya pada saat itu menjadi sasaran bujukkan si penjual mainan tersebut.

Apalagi sang anak sudah terpikat...dan ditambah sudah merengek, tidak bergeming kecuali mendapatkan mainan yang ada dihadapannya.

Maka posisi orang tuanya pun berada pada keadaan yang berbagai macam bentuknya...

1.Membelikannya tanpa berfikir lagi harga, manfaat baik buruknya dan lain lainnya...

2.Ingin membelikannya tetapi tidak ada uang, tidak berfikir baik buruknya mainan tersebut untuk anaknya.

3.Ada uang tetapi tidak membelikannya karena melihat adanya keburukkan mainan tersebut untuk anaknya.

4.Tidak ada uang dan tidak memandang baik mainan tersebut untuk anaknya.

5.Membelikannya walau mengetahui adanya keburukkan pada mainan tersebut dikarenakan anak anak lain membelinya

6.Tidak membelikan walau anak lain membeli karena ada keburukkan pada mainan tersebut.

7.Dan lain lain kemungkinan yang ada pada diri orang tua dalam masalah ini...

Lalu kita sebagai orang tua berada di "posisi" nomor berapa?

Dari contoh sederhana di atas akan kita perluas lagi dalam berbagai aspek kehidupan anak kita...

1.Masalah pendidikan agamanya, Tauhidnya, Ibadahnya, Muamalahnya...

2.Masalah pendidikan dunianya, apakah mengganggu no 1 atau tidak?

3.Masalah pergaulannya, teman dekatnya merusak no 1 atau tidak?

4.Masalah hobinya bertentangan dengan no 1 atau tidak?

5 Masalah kebiasaan hidupnya menyelisihi no 1 apa tidak?

6.Masalah adabnya sesuai dengan no 1 apa tidak?

7.Masalah apapun hendaknya dipertimbangkan dengan point no 1...

Dari dua contoh di atas keadaan orang tua akan mempengaruhi dan memegang peranan penting dalam terbentuknya agama anaknya...

Apapun jenis orang tua pada anaknya maka dia akan ditanya...dan akan menanggung akibatnya di dunia dan akhirat kelak...

Jika orang tua shalih yang menjaga anaknya dengan keshalihannya maka dialah orang tua yang berbahagia dunia akhirat...

Jika orang tua yang fajir yang tidak peduli sama sekali dengan keadaan agama anaknya maka dia akan menyesal dunia dan akhirat...

Rosululloh ﷺ bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

_“Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggunjawabannya dan demikian juga seorang pria adalah seorang pemimpin bagi keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari: 2278)_

Semoga Alloh Ta'alaa selalu memberi hidayah taufiq kepada kita semua agar menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab yang menjaga diri dan keluarganya dari api neraka.aamiin.

Karena Alloh Ta'alaa berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ (٦)
_“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (Qs. At Tahrim: 6)_

Semoga bermanfaat tulisan di atas dan kita semua dapat mengamalkan nilai-nilai yang berguna untuk ibadah kita... aamiin.

‎اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ

Saudaramu
_Abdurrahim Ayyub_

Posting Komentar

0 Komentar